Randi
merasa maunah istri yang ia nikahi tiga tahun yang lalu berbeda dari biasanya,
sudah tiga bulan maunah jarang berbicara dengan randi, bahkan maunah tak
mengizinkan randi untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya dengan alasan datang
bulan dan lain sebagainya “apa yang terjadi pada istriku ? Jangan-jangan dia
selingkuh dariku” randi berbicara dengan dirinya sendiri, randi mulai curiga
kepada istri yang sangat ia cintai “akh...aku tak boleh berburuk sangka
padanya” katanya lagi dengan menggeleng-gelengkan kepala untuk menghilangkan
rasa curiga terhada istrinya.
Randi
nampak berbeda malam ini, dia berjalan menuju posko seolah hanya jasadnya
sedangkan fikirannya mengawang-awang memikirkan kemungkinan-kemungkinan
perbuatan istrinya, hampir saja randi membentur tiang listrik kalau saja tidak
dikagetkan oleh suara kucing yang tak sengaja dia injak. Ketika sampai di posko
poskamling desapun fikiran randi masih mengawang-awang “pak randi” taufik
memanggil, tapi randi tak menjawab “pak randi, pak randi” ulang taufik, tapi
tetap saja randi tak menjawab, kmudian taufik menepuk kedua pundak randi dengan
kedua tangan taufik “ heiiii ngelamunin apa pak randi?” randi terkejut bukan
main, seperti biasa kalau randi dikagetkan dia seperti memasang kuda-kuda dalam
silat, hampir saja taufik terkena tonjok, beruntung taufik jago silat, “maaf
pak taufik, saya tidak sengaja” sambil duduk, “ia ia, gak apa-apa, kan udah
biasa pak randi seperti itu,sekarang coba cerita, knapa pak taufik sampe
seperti ini, dipanggil-panggil gak nanggapin” “bukan apa-apa pak fik” randi
mencoba menyembunyikan risaunya “ihhhhh pak randi seakan jauh denganq, saya
tahu pak randi lagi memikirkan sesuatu, ayo dong berbagi biar kita bisa pikul
bersama permasalahanmu dan qta selesaikan bersama, seperti tempo dulu ketika
saya punya masalah, lagian malam ini qita ngeronda berdua” bujuk taufik,
suasana menjadi hening sejenak, kemudian randi angkat bicara, bercerita tentang
permasalahan rumah tangganya yang sudah mulai tidak harmonis “maaf ya pak ran,
bukannya saya ingin memanas-manasi pak
randi, cuman istriku sering meliahat istrimu bersama salim di pasar” dengan
nada serius sambil menatap wajah randi “wah ini tidak boleh dibiarkan, ini
harus diselidiki pak taufik”. Kemudian mereka berdua mengatur strategi untuk
mengetahui hubungan maunah dengan salim.
Malam
berikutnya randi sengaja tidak pergi meronda untuk mengintip rumahnya dari
jauh, dan benar sekali malam itu seorang laki-laki berpakaian serba hitam masuk
kerumahnya ketika lampu teras rumahnya mati, seolah menjadi tanda kalau
rumahnya aman, tapi selang beberapa menit orang itu keluar dari rumahnya dengan mengendap-endap,
kecurigaan randi berubah menjadi keyakinan bahwa istrinya selama ini main
serong dibelakangnya, kemudian randi pulang untuk memastikan keadaan dan
tingkah istrinya.
alangkah
terkejut maunah melihat suaminya pulang cepat, dari sekujur tubuhnya tiba-tiba
keluar keringat dan nampak diwajahnya kecemasan, tapi randi pura-pura tidak
tahu, lekas-lekas maunah mengambil hp untuk sms “sms sama siapa?” randi
bertanya dengan nada lembut sambil membuat kopi “anuuuuuuu, sms sama pok ijah
masalah arisan” dengan nada terbata-bata, “owwwww” randi menyeruput kopi
buatannya, randi mencoba tenang, karena belum ada bukti untuk menuduh istrinya.
Randi makin risau dibalut sembilu dihatinya,
hampir saja randi tak kuat berdiri menahan sakit hati terhadap istrinya yang
sangat dia cintai, terkadang tanpa sengaja matanya meneteskan air mata
menghilangkan keangkuhan seorang laki-laki, lekas-lekas randi bertamu kepada taufik
untuk mencurahkan segala gundahnya “sebaiknya kita melaksanakan rencana kedua
kita, setelah pak randi berhasil dengan rencana pertama” kata taufik
menyarankan, randi mengangguk-angguk saja tanda setuju tanpa komentar.
Kemudian
randi mengintip rumahnya dari jauh setelah pamit kepada istrinya untuk ronda
malam, randi ditemani taufik malam ini untuk melaksanakan plan kedua, setelah
menunggu beberapa jam akhirnya lampu teras rumah randi mati dan seperti biasa
pasti ada yang akan masuk kerumah randi, seperti malam-malam yang telah lalu
laki-laki yang masuk kerumah randi berpakaian serba hitam, cukup lama orang ini
berada dalam rumah randi membuat dirinya tidak tahan menahan amarah, akhirnya
tanpa menta pendapat taufik, randi langsung lari menuju rumahnya sambil membawa
clurit di tangan kanannya.
Randi
menendang pintu dengan keras memekakkan malam sunyi, nampak istrinya bermesraan
dengan seorang laki-laki dari desa sebrang, amarah randi makin memuncak
“salimmmm” randi berteriak sambil membacokkan celuritnya kearah salim, namun
dengan sigap salim mengelak dan menendang tubuh randi hingga randi terjungkal,
randi bangun lagi dan membabi buta menyerang salim, istrinya yang dari tadi
tertegun dan gemetar bangun dan menghalangi randi, “sudah sudah, aku seperti ini
karena salahmu yang selalu sibuk dengan pekerjaanmu, yang tak pernah memberi
kasih sayang terhadap keluarga, bahkan kau enggan memberi nafkah batin saat q
membutuhkannya” mendengar kata-kata istrinya randi terhenti sejenak, tapi saat
melihat salim amarah randi tak bisa ditahan lagi, randi mencoba menyerang
kembali beruntung salim sigap mengambil celurit yang memang sudah disiapkan,
carok semakin memanas, randi sangat bernafsu sekali untuk membunuh salim dan
salim hanya ingin melumpuhkan randi agar tidak menyerang dirinya lagi, suara
tabrakan clurit dan teriakan randi dan
salim memekakkan malam membangunkan warga desa bujur, warga tak langsung
bergegas menuju rumah randi karena terhanyut dinginnya malam dan mereka menganggap
hanya pertengkaran biasa yang tak perlu ikut campur didalamnya karena sesekali
warga desa mendengar teriakan maunah.
Salim
yang badannya tegap dan besar tak mudah di bunuh oleh randi begitupula salim
tak bisa melukai dan melumpuhkan randi karena kelincahannya, istri randi
mencoba melerai lagi tapi nahas maunah terkena bacokan celurit suaminya
sendiri, dan tanpa menghiraukan maunah randi melanjutkan caroknya dengan randi,
randi tambah gigih, dengan kelincahannya randi mampu menjatuhkan salim, randi
mengambil celurit salim dan membuangnya “mampus kau” kata randi sambil
menebaskan celuritnya kearah salim, belum terbacok celuritnya dari arah
belakang ada yang membacok randi, randipun menoleh, alangkah terkejutnya randi
saat mengetahui orang yang membacok adalah taufik, teman poskamlingnya yang
selama ini memberi saran-saran dan setrategi kepadanya, randi tertegun dan
keadaan ini tidak disia-siakan oleh taufik, taufik membacoknya berulang kali
“hahahahaha sudah lunas randi, sudah lunas dendamq kepadamu, sudah lunas
kematian keponakanku tiga tahun yang lalu yang kau bunuh dengan beringas karena
kau menganggapnya maling sapi di desa ini, semua yang terjadi padamu karena
ulahmu sendiri randi” taufik bersumpah serapah diatas mayat randi dan istrinya,
salim bangkit dan mau melarikan diri tapi sayang warga sudah berada diluar
rumah randi, mengepung rumah randi dengan celurit ditangan masing-masing “
darah dibalas dengan darah” kata warga, salim mau mengatakan bahwa yang
membunuh bukan dirinya tapi taufik tapi warga sudah duluan membacok salim, dan
taufik berbaur dengan warga ikut membunuh salim, tubuh salam di potong-potong
menjadi beberapa potong dan dikirim ke desa sebelah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar