JABATAN,
CINTA & CAROK MASSAL
By: Syaiful Rijal
Madura,
28.03.1989 tahun kericuhan,
Suasana desa sekarasih masih mencekam setelah pemilihan kepala desa dua
bulan yang lalu , sebab pemilihan kepala
desa sekarasih dianggap penuh kecurangan,
kepala desa terpilih dianggap menyalahi aturan dalam pemilihan, sehingga
pak narto pesaing pak mamat tidak terima atas kekalahannya, pak narto masih
menyimpan dendam berkesumat dihatinya, lantaran dipermalukan ketika debat
kandidat dan merasa ditelikung oleh pak mamat. Namun pak narto menahan
dendamnya itu.
Suasana sekarasih semakin kisruh saat beberapa warga desa melaporkan
kehilangan sapi, kambing, ayam bahkan jemuran, berita kehilangan ini mulai
diperbincangkan di warung kopi, balai desa, pos ronda dan tempat ramai lainnya,
sehingga berita cepat menyebar seperti angin, ujung-ujungnya masyarakat
sekarasih berang dan curiga kepada pak Narto yang gagal dalam pemilihan kepala
desa.
“wah.....ini tidak boleh dibiarkan, bisa2 sapi saya juga dimaling sama
bejing[1]nya pak
narto “ kata suherman kepada teman2nya di warung kopi pok ijah warung kopi
faforit warga sekarasih. “ia, ia betul itu man, kita harus segera menindak ini”
yudi mengiyakan “ e e e e tak boleh asal nuduh kamu man kalau tak ada bukti,
pak narto tak mungkin menyuruh hal yang seperti itu, karena q tahu betul beliau
tak seperti itu” sanggah irul setelah meminum kopi susu yang baru iya pesan
“ini sudah menjadi rahasia umum rul, warga disini curiga kepada pak narto, tapi
tak berani mengungkapkannya, lagian sudah biasa kalau sehabis pemilihan kepala
desa pasti banyak maling” kata suherman meyakinkan “tapi kamu tak punya bukti
kan” irul menunjukkan jari telunjuknya ke arah suherman, “jangan menunjuk
seperti itu kepadaku” dengan nada keras, suherman mulai panas karena tempramennya
memang keras, hampir saja terjadi pertengkaran antara suherman dan irul yang
waktu pemilihan mendukung pak narto “ wessssssssssssss..... jek atokaran[2]” wahid
melerai ketegangan “lebih baik kita tambah keamanan desa ini, jika ada yang
mencurigakan, langsung arek[3]”
lanjut wahet, keteganganpun mulai reda “eh kemaren jemuranku hilang, maling
mana coba yang mau nyuri jemuran kalau bukan perusuh” sambung pok ijah sambil
melayani farhan yang baru duduk disebelah irul, “kalau begitu alangkah lebih
baiknya kita laporkan ke pak mamat selaku kepala desa terpilih, siapa tahu
beliau bisa menyelesaikan masalah ini, kalau tidak yo kita turunkan saja”
farhan mencoba memberi saran, dan semua mengangguk tanda setuju.
Keesokan harinya suherman, farhan dan wahet bersama-sama menuju kediaman
pak mamat dan melaporkan keresahan warga sekarasih “anu pak, kami dari kampung
trojan, ingin melaporkan keresahan-keresahan warga, siapa tahu.....” “masalah
kehilangan toh”potong pak mamat seolah-olah mengetahui semua kejadian di desanya
yang baru sebulan dia pimpin “masalah itu akan beres dalam seminggu, saya itu
yg memegang setengah bejingan di desa ini, jadi kalian tak usah risaukan lagi
permasalah itu” kata pak mamat meyakinkan. suherman, farhan dan wahit hanya
mengangguk-angguk “monggo minum tehnya” pak mamat mempersilahkan sambil membuka
tutup toples kue didepannya dan menawarkan dengan ramah ”mari dimakan”.
“menurut bapak apa penyebabnya
pak, padahal sebelum pemilihan, desa kita aman2 saja”tanya suherman sambil
mengambil jajan di depannya “kayak yang tak tahu aja kalian, hal ini kan sudah
biasa terjadi tiap selesai pemilihan
kepala desa, biaya pencalonan dan biaya kampanyenya kan mahal, jadi wajar jika
ada yang tak puas dengan hasil pemilihan dan ingin mengembalikan modal kampanyenya”
pak mamat berhenti sejenak dan menyeruput kopi susu kesukaannya kemudian
melanjutkan “q tak perlu toh menyebutkan nama, kalian paham kan” suherman,
farhan dan wahet mengangguk-angguk lagi tanda mengerti “ini masih pilkades ya
pak, bagaimana kalau pemilihan calon legeslatif, kira-kira berapa habisnya ya
pak” wahit, yang mulai dari tadi hanya senyum dan mendengarkan mencoba
bertanya, menghangatkan suasana karena perbincangan diantara mereka berhenti
“mangkanya kalau tidak punya modal yang cukup dan kometmen yang kuat jangan
coba-coba nyaleg jika tidak mau gila atau mau punya banyak hutang atau mau
melakukan hal yg seperti sekarang ini, kalau saya sendiri lebih suka seperti
yang dulu yakni tidak melibatkan rakyat dalam pemilu” kata pak mamat menjelaskan
sekenanya “kenapa begitu pak, bukannya ini yang dinamakan demokrasi?” lanjut
wahit bertanya “ia..... benar demokrasi, tapi moral rakyat ikut rusak kan,
mudah disogok dan lain sebagainya, karena mereka belum siap dengan yg namanya
demokrasi”wahit mengangguk-angguk sendiri sambil menyeruput kopi terakhirnya dan suasana menjadi hangat
kembali yang sesekali diselai tawa dari mereka. “kalau begitu kami pamit dulu
pak, takut kemaleman dijalan” sambil berdiri “owww ya ya, kalau ada apa-apa
jangan sungkan-sungkan datang lagi kesini” juga berdiri sambil menyambut
jabatan tangan suherman, wahit dan farhan dengan senyum ala pejabat desa.
Keesokan harinya desa sekarasih digemparkan dengan berita bahwa
pencurian di desa sekarasih dalangnya adalah pak narto karena gagal dan ingin
mengembalikan modal yang telah ia keluarkan semasa kampanya, suherman paling
rajin menyampaikan berita dari warung ke warung, dan akhirnya terdengar juga
ditelinga pak narto dan kelompoknya, alangkah geramnya pak narto mendengar
berita itu, belum lagi sembuh sakit hatinya kini pak narto dituduh melakukan
pencurian “surannnn cari orang yang menyebarkan fitnah ini sebelum warga desa
berdatangan kesini” pak narto menyuruh kepada bejingnya, tanpa komentar panjang
suran langsung berangkat bersama kawan-kawan bejingannya, dalam sehari suran
menemukan dalangnya dan membawa suherman menghadap pak narto “kamu dapat dari
mana berita ini dan kenapa kamu menyebarkannya ke masyarakat” tanya pak narto
dengan wibawa, dengan gemetar suherman menceritakan semua yang ia kerjakan,
mulai dari bertamu ke pak mamat hingga dibawa menghadap ke pak narto oleh
suran, “jika kamu ingin selamat, kabarkan lagi kepada masyarakat bahwa itu
adalah fitnah”pinta pak narto kepada suherman “ awasi dia ran”.
Suherman menjadi sangat takut waktu itu meminum kopipun suherman gemetar
“kenapa kamu man” farhan mengejutkan suherman “kok tak seperti biasanya”
kemudian dengan nada rendah suherman menceritakan hal-hal yang terjadi padanya
“bahaya kamu man, mangkanya jangan jadi penyampai lidah orang, begini kan
jadinya, ya sudah klo memang seperti itu kamu menta perlindungan ke pak mamat”
farhan mencoba memberi masukan dengan
berbisik “terima kasih han, kamu memang teman terbaikku” suherman agak
tenang dan langsung menuju rumah pak mamat kemudian bercerita bahwa dirinya
dipanggil pak narto. “ow.....seperti itu, kamu diam saja disini dulu” kata pak
mamat menenagkan, kemudian pak mamat memanggil bejingannya dan masuk kesebuah
rumah untuk merencanakan pembunuhan pak
narto, karena pak mamat merasa pak narto telah menginjak-injak nama baiknya.
# # #
Seminggu kemudian saat pak narto menuju bank desa, tiba-tiba di jalan
perapatan yang biasanya sepi, pak narto dikepung oleh beberapa orang dengan
clurit di tangannya, namun dengan sigap pak narto mengambil HP-nya dan
menghubungi suran untuk mendatanginya ke perapatan.
“siapa kalian? Dan mau apa kalian?” tanya pak narto, kemudian dari
sebelah barat keluarlah pak mamat dari
arah samping pak narto “ hahaha habis kau sekarang narto, setelah q kalahkan
kau di pilkades sebulan yang lalu, q belum puas sebelum membunuhmu, dan ini
sebanding dengan sakit hati yang kau torehkan dihatiku sembilan tahun silam”pak
mamat sambil mengusap dadanya “owww engkau masih menyimpan dendam setelah kita
saling memaafkan, dimana hatimu mat hanya permasalahan wanita hatimu jadi buta” “hanya....kau bilang hanya, itu semua
karena kau tak merasakan hal yang aq rasakan selama bertahun-tahun” pak mama
menudingkan cluritnya kearah pak narto “lebih baek kau berbicara dengan clurit
ini, agar kau tahu artinya penderitaan, pateen kanak[4]” pak
mamat meyuruh membunuh pak narto kepada bejingannya, dengan sigab pak mamat
mengambil clurit di pinggulnya dan menebaskan kepada salah satu bejingan pak
mamat, pak narto bertarung seperti
pahlawan, satu dua pukulan pak narto masih bisa mengelaknya, karena kalah
jumlah akhirnya pak narto kelelahan dan terkena bacok dipunggungnya hampir saja
salah seorang bejingan pak mamat menebas perut pak narto, beruntung pak narto
karena suran dan kawan-kawannya tidak terlambat datang ke arena, bejingan yg
hendak menebas perut pak narto berhenti karena mendengar teriakan Suran “hai
berhenti , beraninya kalian main keroyokan” suran dan kawan-kawannya sambil
lari menuju arena carok dan terjadilah carok massal hingga semua mati termasuk
pak mamat, kecuali pak narto yang luka
parah di bagian punggungnya.
[1]
Bejing (bacaannya se perti elang) adalah bromocorah (blatir) yang biasanya
memiliki ilmu kanuragan dan bersenjatakan clurit
[2]
Wesss jangan bertengkar
[3] Arek
sama dengan clurit
[4]
Pateen kanak = bunuh
SELINGKUH DI UJUNG CELURIT
Randi merasa
maunah istri yang ia nikahi tiga tahun yang lalu berbeda dari biasanya, sudah
tiga bulan maunah jarang berbicara dengan randi, bahkan maunah tak mengizinkan
randi untuk menyalurkan kebutuhan biologisnya dengan alasan datang bulan dan
lain sebagainya “apa yang terjadi pada istriku ? Jangan-jangan dia selingkuh
dariku” randi berbicara dengan dirinya sendiri, randi mulai curiga kepada istri
yang sangat ia cintai “akh...aku tak boleh berburuk sangka padanya” katanya
lagi dengan menggeleng-gelengkan kepala untuk menghilangkan rasa curiga
terhadap istrinya.
Randi nampak berbeda malam ini, dia
berjalan menuju posko seolah hanya jasadnya sedangkan fikirannya
mengawang-awang memikirkan kemungkinan-kemungkinan perbuatan istrinya, hampir
saja randi membentur tiang listrik kalau saja tidak dikagetkan oleh suara
kucing yang tak sengaja dia injak. Ketika sampai di posko poskamling desapun
fikiran randi masih mengawang-awang “pak randi” taufik memanggil, tapi randi
tak menjawab “pak randi, pak randi” ulang taufik, tapi tetap saja randi tak
menjawab, kmudian taufik menepuk kedua pundak randi dengan kedua tangan taufik
“ heiiii ngelamunin apa pak randi?” randi terkejut bukan main, seperti biasa
kalau randi dikagetkan dia seperti memasang kuda-kuda dalam silat, hampir saja
taufik terkena tonjok, beruntung taufik jago silat, “maaf pak taufik, saya
tidak sengaja” sambil duduk, “ia ia, gak apa-apa, kan udah biasa pak randi
seperti itu,sekarang coba cerita, knapa pak taufik sampe seperti ini,
dipanggil-panggil gak nanggapin” “bukan apa-apa pak fik” randi mencoba
menyembunyikan risaunya “ihhhhh pak randi seakan jauh denganq, saya tahu pak
randi lagi memikirkan sesuatu, ayo dong berbagi biar kita bisa pikul bersama
permasalahanmu dan qta selesaikan bersama, seperti tempo dulu ketika saya punya
masalah, lagian malam ini qita ngeronda berdua” bujuk taufik, suasana menjadi
hening sejenak, kemudian randi angkat bicara, bercerita tentang permasalahan
rumah tangganya yang sudah mulai tidak harmonis “maaf ya pak ran, bukannya saya ingin memanas-manasi pak randi, cuman istriku
sering meliahat istrimu bersama salim di pasar” dengan nada serius sambil
menatap wajah randi “wah ini tidak boleh dibiarkan, ini harus diselidiki pak
taufik”. Kemudian mereka berdua mengatur strategi untuk mengetahui hubungan
maunah dengan salim.
Malam berikutnya randi sengaja tidak
pergi meronda untuk mengintip rumahnya dari jauh, dan benar sekali malam itu
seorang laki-laki berpakaian serba hitam masuk kerumahnya ketika lampu teras
rumahnya mati, seolah menjadi tanda kalau rumahnya aman, tapi selang beberapa
menit orang itu keluar dari rumahnya
dengan mengendap-endap, kecurigaan randi berubah menjadi keyakinan bahwa
istrinya selama ini main serong dibelakangnya, kemudian randi pulang untuk
memastikan keadaan dan tingkah istrinya.
alangkah terkejut maunah melihat
suaminya pulang cepat, dari sekujur tubuhnya tiba-tiba keluar keringat dan
nampak diwajahnya kecemasan, tapi randi pura-pura tidak tahu, lekas-lekas
maunah mengambil hp untuk sms “sms sama siapa?” randi bertanya dengan nada
lembut sambil membuat kopi “anuuuuuuu, sms sama pok ijah masalah arisan” dengan
nada terbata-bata, “owwwww” randi menyeruput kopi buatannya, randi mencoba
tenang, karena belum ada bukti untuk menuduh istrinya.
Randi makin risau dibalut sembilu dihatinya,
hampir saja randi tak kuat berdiri menahan sakit hati terhadap istrinya yang
sangat dia cintai, terkadang tanpa sengaja matanya meneteskan air mata
menghilangkan keangkuhan seorang laki-laki, lekas-lekas randi bertamu kepada taufik
untuk mencurahkan segala gundahnya “sebaiknya kita melaksanakan rencana kedua
kita, setelah pak randi berhasil dengan rencana pertama” kata taufik
menyarankan, randi mengangguk-angguk saja tanda setuju tanpa komentar.
Kemudian randi mengintip rumahnya dari
jauh setelah pamit kepada istrinya untuk ronda malam, randi ditemani taufik
malam ini untuk melaksanakan plan kedua, setelah menunggu beberapa jam akhirnya
lampu teras rumah randi mati dan seperti biasa pasti ada yang akan masuk
kerumah randi, seperti malam-malam yang telah lalu laki-laki yang masuk kerumah
randi berpakaian serba hitam, cukup lama orang ini berada dalam rumah randi
membuat dirinya tidak tahan menahan amarah, akhirnya tanpa menta pendapat
taufik, randi langsung lari menuju rumahnya sambil membawa clurit di tangan
kanannya.
Randi menendang pintu dengan keras
memekakkan malam sunyi, nampak istrinya bermesraan dengan seorang laki-laki
dari desa sebrang, amarah randi makin memuncak “salimmmm” randi berteriak
sambil membacokkan celuritnya kearah salim, namun dengan sigap salim mengelak
dan menendang tubuh randi hingga randi terjungkal, randi bangun lagi dan
membabi buta menyerang salim, istrinya yang dari tadi tertegun dan gemetar
bangun dan menghalangi randi, “sudah sudah, aku seperti ini karena salahmu yang
selalu sibuk dengan pekerjaanmu, yang tak pernah memberi kasih sayang terhadap
keluarga, bahkan kau enggan memberi nafkah batin saat q membutuhkannya”
mendengar kata-kata istrinya randi terhenti sejenak, tapi saat melihat salim
amarah randi tak bisa ditahan lagi, randi mencoba menyerang kembali beruntung
salim sigap mengambil celurit yang memang sudah disiapkan, carok semakin
memanas, randi sangat bernafsu sekali untuk membunuh salim dan salim hanya
ingin melumpuhkan randi agar tidak menyerang dirinya lagi, suara tabrakan
clurit dan teriakan randi dan salim
memekakkan malam membangunkan warga desa bujur, warga tak langsung bergegas
menuju rumah randi karena terhanyut dinginnya malam dan mereka menganggap hanya
pertengkaran biasa yang tak perlu ikut campur didalamnya karena sesekali warga
desa mendengar teriakan maunah.
Salim yang badannya tegap dan besar
tak mudah di bunuh oleh randi begitupula salim tak bisa melukai dan melumpuhkan
randi karena kelincahannya, istri randi mencoba melerai lagi tapi nahas maunah
terkena bacokan celurit suaminya sendiri, dan tanpa menghiraukan maunah randi
melanjutkan caroknya dengan randi, randi tambah gigih, dengan kelincahannya
randi mampu menjatuhkan salim, randi mengambil celurit salim dan membuangnya “mampus
kau” kata randi sambil menebaskan celuritnya kearah salim, belum terbacok
celuritnya dari arah belakang ada yang membacok randi, randipun menoleh,
alangkah terkejutnya randi saat mengetahui orang yang membacok adalah taufik,
teman poskamlingnya yang selama ini memberi saran-saran dan setrategi
kepadanya, randi tertegun dan keadaan ini tidak disia-siakan oleh taufik,
taufik membacoknya berulang kali “hahahahaha sudah lunas randi, sudah lunas
dendamq kepadamu, sudah lunas kematian keponakanku tiga tahun yang lalu yang
kau bunuh dengan beringas karena kau menganggapnya maling sapi di desa ini,
semua yang terjadi padamu karena ulahmu sendiri randi” taufik bersumpah serapah
diatas mayat randi dan istrinya, salim bangkit dan mau melarikan diri tapi
sayang warga sudah berada diluar rumah randi, mengepung rumah randi dengan
celurit ditangan masing-masing “ darah dibalas dengan darah” kata warga, salim
mau mengatakan bahwa yang membunuh bukan dirinya tapi taufik tapi warga sudah
duluan membacok salim, dan taufik berbaur dengan warga ikut membunuh salim,
tubuh salam di potong-potong menjadi beberapa potong dan dikirim ke desa
sebelah.
BY. IJANK AKTIFIS
WALIYULLAH*
Madura,
1989:
Tiba-tiba suasana menjadi hening setelah suran menggebrak meja
dengan sangat keras “ tak usah takut pada si parjo, dia tak ada apa-apanya
dibanding keluarga kita” suran mebangkitkan keberanian keluarganya dan mengatur
strategi untuk mengalahkan keluarga parjo, yang semula keluarga suran ketakutan
melawan parjo kini keberanian mereka bertambah dua kali lipat, belum selesai
mereka mengatur strategi tiba-tiba terdengar suara teriakan dari luar rumah
mereka
“ surannnnnnnnnnnnnnnnnn
keluar kau!” suasana ruang menjadi hening kembali mendengar teriakan yang
menurut mereka tidak sopan, lantas suran mengambil celuritnya dan menuju ke pintu
rumah bersama keluarganya memastikan dan
menyambut tamu yang menurutnya tidak sopan, alangkah terkejut mereka, orang
yang tak sopan itu adalah parjo yang menjadi bahan pembicaraan keluarga suran.
“berani sekali kau datang
kesini, sekarang pilih keluar dari pekarangan rumah ini atau darahmu harus
mengalir dipekarangan ini” pekik suran kepada parjo, tapi parjo tenang-tenang
saja berdiri sambil tertawa menyombongkan dirinya “ entahlah…….., apakah kau
mampu?, Atau darah kalian yang mengucur di pekarangan kalian sendiri” kata-kata parjo membuat seisi rumah geram,
anam adiknya suran berteriak sambil lari
menghampiri Parjo dengan celurit di tangan kanannya, tapi dengan mudahnya Parjo
menepis serangan anam hingga anam terjatuh, hampir saja Parjo mengibaskan
celuritnya kearah anam, tapi dengan tangkas dan cepat suran langsung menebaskan
celuritnya kepunggung Parjo hingga Parjo tersungkur dan mengurungkan niatnya
menebas anam “ setetespun tidak akan kubiarkan darahku mengalir disini ”Parjo
menyombongkan diri dengan kekebalannya sambil membalik badannya, Parjo memasang kuda-kuda untuk membacok suran,
tapi anam buru-buru bangkit dan membacok punggung Parjo hingga urung lagi
niatnya membacok suran dan membalikkan badannya untuk membacok anam, saat
badannya berbalik suran membacoknya dari belakang dan begitu seterusnya hingga Parjo
terjatuh karena berkali-kali dipukuli meski tak ada luka dipunggungnya “ ini
akibat orang sombong” suran berserapah, anam tanpa sengaja mengambil kopyah
nasional Parjo dan membacoknya, alangkah terkejutnya anam, ternyata kekebalan Parjo ada di kopyahnya,
darah Parjopun mengalir, tapi anam dan
suran tidak membunuhnya, mereka membiarkan Parjo tergeletak dengan luka di
tubuhnya.
Carok yang terjadi antara suran dan Parjo langsung terdengar oleh
keluarga Parjo, suasanapun memanas,
keluarga Parjo mulai bersiap-siap untuk membantu Parjo dan
mempertahankan nama keluarga mereka “ tembeng pote mata, pengoan pote tolang[2]” kata sarnuji kakaknya Parjo yang paling besar dan kuat dikeluarga Parjo,
berangkatlah sarnuji bersama adik-adiknya yang lain, suasana desapun tambah
mencekam, semua orang desa berhamburan menuju rumah suran, mereka ingin melihat
pertarungan antara keluarga suran dan keluarga Parjo yang memang bermusuhan
sejak lama,
Setelah sampai di rumah suran, hati sarnuji semakin panas melihat
adiknya tergeletak tak berdaya “ini akibatnya jika tidak sopan bertamu kerumah
orang, dan ini akibatnya jika menyombongkan diri, apakah kalian mau bernasip
sama dengan Parjo? ” dengan nada keras suran menggertak dan memperingati rombongan
sarnuji.
Wajah sarnuji memerah
geram, sarnujipun menghampiri suran, tanpa banyak omong sarnuji
menebaskan cluritnya kearah suran tapi dengan tangkas suran mengelak,
pertarunganpun semakin memanas karena
mereka sama-sama pintar dan ahli memainkan celurit, berselang satu jam tetap
tak ada yang terluka dan tak ada yang berani melerai karena akibatnya bisa
fatal kepeda yang mencoba melerai,
“berhenti, berhenti, berhenti” teriak seorang wanita dari kejauhan,
tapi carok tetap tak berenti, entah karena tak mendengar atau memang tak
dihiraukan “berhenti,berhenti” wanita ini tetap memaksa, mata wargapun tertuju pada gadis yang tak lain
adalah Fatimah wanita yang diperebutkan oleh Parjo dan suran, suran dan sarnuji
tetap tak menghiraukan pekikan Fatimah malah carok semakin memanas karena
adik-adik sarnuji ikut membantu sarnuji begitupun keluarga suran,
Entah apa yang ada dibenak Fatimah, Fatimah lari menuju arena carok
saat suran dan sarnuji mengangkat clurit untuk saling menebaskan cluritnya,
alangkah naas fatimahlah yang mereka tebas dan carokpun berhenti, celurit suran
lepas dari tangannya , air matanya mengalir seakan menghilangkan kehebatannya, Parjo
berteriak keras dengan air mata yang tak dapat dibendungnya, wanita yang mereka
rebut kini telah tiada, Parjo sangat menyesal begitupun suran, sarnujipun ikut
menangis, kehebatan mereka sekarang dikalahkan oleh kesedihan dan tangisan
mereka.
“ayo bunuh aku juga” dengan suara terbata-bata karena menangis orang
tua Fatimah mendatangi mereka satu persatu sambil menjulurkan celurit, “kenapa
kalian tidak mau membunuhku, ayo selesaikan semua dengan kekerasan, bunuh aku
juga” tak ada satupun dari mereka yang bergerak,mereka hanya bisa menangis
menyesali perbuatan mereka.
·
Penulis
adalah Dewan Pakar Rayon IKSASS Pamekasan
[2] Dari pada putih mata, lebih baek putih tulang (dari pada malu lebih
baek mati)
2 komentar:
ada gak cerita untuk orang dewasa yang asyik !!!!!1
maaf mas, ni untuk aktifis waliyullah saja
Posting Komentar